Burung berbulu indah layaknya bidadari burung endemik Maluku yang mempunyai nama latin Semioptera wallacii
dan merupakan salah satu jenis burung Cenderawasih ini selain mempunyai
bulu yang indah layaknya bidadari juga mempunyai gerak tarian yang
indah dan terkesan genit terutama saat merayu pasangannya. Burung
bidadari merupakan fauna endemik di Pulau Halmahera, Provinsi Maluku
Utara. Selain rupanya yang cantik, gayanya yang unik, suaranya pun cetar
membahana.
Burung bidadari ditemukan pertama kali
oleh Alfred Russel Wallace di Pulau Bacan, Maluku Utara, tahun 1858.
Wallace menyebutnya sebagai bird of paradise karena kecantikan
burung ini. Penemuan itu lalu ditulisnya dalam sebuah laporan yang
dikirim ke Inggris. Setahun kemudian, laporannya menjadi bahan kajian
para ornitholog di Inggris
Ciri dan Perilaku Burung Bidadari.
Burung Bidadari berukuran sedang, sekitar
28 cm. Berwarna coklat kehijauan zaitun. Burung bidadari jantan
mempunyai mahkota warna ungu dan ungu-pucat mengkilat serta warna hijau
zamrud pada dadanya. Burung Bidadari betina berukuran lebih kecil dengan
warna cokelat zaitun dan serta punya ekor lebih panjang dibandingkan
burung jantan.
Ciri khas burung Bidadari (Semioptera wallacii)
adalah adalah dipunyainya dua pasang bulu putih yang panjang yang
keluar menekuk dari sayapnya. Bulu ini dapat ditegakkan atau diturunkan
sesuai keinginan burung ini. Burung cantik ini dari Maluku Utara yang
dikenal juga sebagai weak-weka ini memakan serangga, antropoda, dan buah-buahan. Burung jantan bersifat poligami.
Kegenitan burung berbulu indah ini
terlihat terutama saat musim kawin. Burung jantan akan memamerkan
kecantikan bulu dan bentang sayapnya serta kegenitan dalam menari untuk
merayu dan menarik perhatian betinanya. Burung Bidadari betina akan
menghampiri dan memilih satu pejantan yang dinilai paling indah tarian
dan bentangan sayapnya.
Persebaran, Habitat, dan Populasi. Burung Bidadari merupakan satwa endemik
Maluku Utara dan menjadi jenis Cenderawasih yang tersebar di kawasan
paling barat. Burung ini bisa dijumpai di pulau Halmahera dan Bacan di
Maluku Utara.
Beberapa lokasi yang menjadi habitat
burung Bidadari nan genit lagi indah ini adalah hutan Tanah Putih,
gunung Gamkonora, dan hutan Domato (Halmahera Barat), hutan Labi-labi di
area Taman Nasional Aketajawe dan hutan Lolobata (Halmahera Timur). Burung bernama lokal weak-weka ini juga ditemukan di pulau Bacan.
Populasi burung Bidadari (Semioptera wallacii)
tidak diketahui dengan pasti tetapi dipastikan telah menurun jika
dibandingkan dengan tahun 1980-an lantaran banyaknya kawasan hutan
habitat burung bidadari yang mengalami deforestasi. Penurunan populasi juga diakibatkan oleh perburuan liar untuk menangkap burung Bidadari jantan yang mempunyai bulu indah.
Sayangnya burung Bidadari (Semioptera wallacii) yang endemik Maluku Utara ini semakin hari semakin langka. Meskipun semakin sulit ditemukan di habitatnya, namun oleh IUCN Redlist, status konservasi burung ini masih dianggap aman sehingga masih diklasifikasikan sebagai Least Concern.
Sedangkan oleh CITES, burung Bidadari Halmahera didaftarkan sebagai
Apendiks II.Pemerintah Indonesia, meskipun tidak spesifik menyebut nama
spesies burung Bidadari dalam lampiran PP No. 7 Tahun 1999, namun burung ini tetap termasuk sebagai salah satu satwa yang dilindungi.
Ini lantaran semua anggota famili Paradisaeidae atau berbagai jenis
Cenderawasih, merupakan satwa yang dilindungi. Populasinya di alam bebas
disebutkan hanya tinggal 50 – 100 ekor.
Menipisnya populasi burung bidadari bukan
disebabkan penangkapan burung, melainkan akibat penebangan dan
penjarahan hutan di Halmahera, terutama jenis kayu matowa. Akibatnya,
spesies ini bidadari kehilangan habitat dan banyak yang mati.
Upaya yang dapat dilakukan dengan konservasi in- situ fauna burung bidadari endemik (Semioptera wallacii),melalui pendekatan sosial masyarakat dan berguna sebagai acuan bagi masyarakat setempat dalam upaya menjaga kelestarian alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar